Arsitektur dan Infrastruktur Data Warehouse pada Perusahaan Distributor Lampu Philips
Diposting oleh
Rizki Aditya Saputra
| 1.10.13 at 10/01/2013 05:54:00 PM
0
komentar
Labels :
Arsitektur yang kami
pilih untuk arsitektur pada perusahaan lampu distributor lampu Philips adalah arsitektur
Data Warehouse dengan menggunakan Staging
Area dan Data Mart.
Staging
Area
itu tempat penampungan data sementara sebelum data dimasukkan ke dalam data
warehouse, fungsinya buat clean, transform dan mengkombinasikan data yang
diperlukan untuk data warehouse.
Data
mart
merupakan subset dari data resource, biasanya berorientasi untuk suatu tujuan
yang spesifik atau subjek data yang didistribusikan untuk mendukung kebutuhan
bisnis.
Mengapa kami memilih arsitektur ini
ketimbang lainnya?
Karena Dalam
menggunakan data warehouse ini, anda dapat mengkustomisasi arsitekturnya yang
bisa anda sesuaikan dengan kebutuhan organisasi dalam artian ini adalah
organisasi yang terstruktur dan mempunyai badan hukum, serta bergerak dalam
dunia bisnis. Hal ini dimungkinkan dengan menambahkan data mart. Maka jelas
alasan mengapa perusahaan distributor Philips memilih Arsitektur dataware house
menggunakan staging area serta datamart, karena jelas bahwa akan sangat
membantu menjalankan usaha bisnis dengan baik.
Sebagai contoh data
purchasing, sales, dan inventory yang dapat dipisahkan dalam masing - masing cube.
Dalam contoh ini seorang analis keuangan dapat menganalisa histori data untuk purchases
dan sales. Sebelumnya kita harus mengetahui fungsi serta menjelaskan
bagian-bagian yang ada pada arsitektur dataware house tersebut.
Operational System
Operasional system
berfungsi mejadi wadah ataupun lapisan pertama untuk menyediakan software yang
mengambil ataupun memberikan sumber data dari data warehouse serta dapat
diambil langsung dari mainframe, basis data relasional seperti Oracle, Ms SQL server
dan sebagainya. Selain itu dapat melalui Operational Data Source (ODS). ODS menampung
data yang diekstrak dari sistem utama atau sumber-sumber data yang ada dan kemudian
data hasil ekstrasi tersebut dibersihkan.
Flat File
Flat
File
merupakan kumpulan data yang diakses secara periodic. CSV (Comma Separated Value)
pada Microsoft Excel sebagai contohnya dan merupakan sebuah flat file. Flat
file tidak melakukan hubungan (relationship) dengan tabel lainnya yang
mengandalkan perintah khusus untuk digunakan. Oleh karena itu penggunaan flat
file banyak digunakan pada aplikasi yang membutuhkan database tunggal dan
sederhana.
Meta Data
Metadata
adalah informasi yang ditanam pada sebuah file yang isinya berupa penjelasan tetang
file tersebut. misal pada perusahaan lampu Philips terdapat item barang jenis tertentu,
untuk mengetahui jenis item lampu tertentu maka diperlukan gambar dari item lampu
tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai spesifikasi item lampu tersebut, nah
informasi inti kan adalah gambar tersebut. namun bagaimana dengan informasi
yang menjelaskan gambar tersebut ( kapan produksi lampu ini dibuat, berapa
modal yang dibutuhkan, bagaimana bentuk lampunya, serta informasi lainnya ). Informasi
yang menjelaskan lampu inilah yang disebut metadata.
Summary Data
Summary
Data
merupakan sekumpulan ringkasan sejumlah data pada sebuah item barang, sehingga
data-data yang terkait tentang jenis/item barang itu akan teringkas melalui spefikasi
tulisan maupun gambar ataupun hal-hal yang berkaitan dengan jenis/item barang tersebut
untuk kemudian diproses dan disimpan dalam data yang bernama Summary Data
tersebut atau lebih disebut Data Operasioal dikumpulkan (diringkas)
kemudian dimapping kedalam format untuk pengambilan keputusan.
Raw Data
RAW
Data
adalah “Data Murni” hasil tangkapan dari sensor digital yang sama sekali
belum disentuh oleh kompresi ataupun interpolasi apapun. Jadi datanya pun “fresh
from the oven”, belum ada data yang hilang karena kompresi, belum ada keputusan
processing apapun yang diambil. Apa yang dilihat/ditangkap oleh sensor digital,
itulah yang ada di data RAWnya.
Keunggulan
format RAW adalah menyimpan segala sesuatu yang
ditangkap oleh sensor digital. Tak ada data yang hilang. File RAW ini menyimpan
kesempatan yang lebih luas untuk kustomisasi elemen - elemen visual pada hasil
gambar. Kalau para “Turist” menganggap fotografi digital bukan fotografi
sesungguhnya karena terlalu banyak mengandalkan automatisasi komputer digital, seharusnya
mereka mencoba pipeline kerja dengan format RAW ini. Format RAW ini adalah film
negatif-nya fotografi digital. Segala ciri khas sang fotografer dapat masuk kedalam
karya fotografi saat memproses file RAW ini.
Kekurangan
format RAW adalah ukuran filenya yang relatif besar
yang kemudian menyebabkan lebih lambatnya data ditulis ke momory card setelah dipotret
serta berkurangnya jumlah file yang dapat muat ke dalam sebuah memory card.
Selain itu, tidak adanya standardisasi dan penyeragaman ekstensi file RAW
menyebabkan file RAW tidak dapat langsung digunakan sebagai format yang dapat
langsung digunakan sebagai format sharing gambar atau untuk printing. Sebaliknya
diperlukan sebuah proses konversi terlebih dahulu ke dalam format yang lebih jamak
dipakai seperti TIFF atau JPEG.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)