Arsitektur dan Infrastruktur Data Warehouse pada Perusahaan Distributor Lampu Philips


Arsitektur yang kami pilih untuk arsitektur pada perusahaan lampu distributor lampu Philips adalah arsitektur Data Warehouse dengan menggunakan Staging Area dan Data Mart.

Staging Area itu tempat penampungan data sementara sebelum data dimasukkan ke dalam data warehouse, fungsinya buat clean, transform dan mengkombinasikan data yang diperlukan untuk data warehouse.
Data mart merupakan subset dari data resource, biasanya berorientasi untuk suatu tujuan yang spesifik atau subjek data yang didistribusikan untuk mendukung kebutuhan bisnis.



Mengapa kami memilih arsitektur ini ketimbang lainnya?

Karena Dalam menggunakan data warehouse ini, anda dapat mengkustomisasi arsitekturnya yang bisa anda sesuaikan dengan kebutuhan organisasi dalam artian ini adalah organisasi yang terstruktur dan mempunyai badan hukum, serta bergerak dalam dunia bisnis. Hal ini dimungkinkan dengan menambahkan data mart. Maka jelas alasan mengapa perusahaan distributor Philips memilih Arsitektur dataware house menggunakan staging area serta datamart, karena jelas bahwa akan sangat membantu menjalankan usaha bisnis dengan baik.

Sebagai contoh data purchasing, sales, dan inventory yang dapat dipisahkan dalam masing - masing cube. Dalam contoh ini seorang analis keuangan dapat menganalisa histori data untuk purchases dan sales. Sebelumnya kita harus mengetahui fungsi serta menjelaskan bagian-bagian yang ada pada arsitektur dataware house tersebut.



Operational System

Operasional system berfungsi mejadi wadah ataupun lapisan pertama untuk menyediakan software yang mengambil ataupun memberikan sumber data dari data warehouse serta dapat diambil langsung dari mainframe, basis data relasional seperti Oracle, Ms SQL server dan sebagainya. Selain itu dapat melalui Operational Data Source (ODS). ODS menampung data yang diekstrak dari sistem utama atau sumber-sumber data yang ada dan kemudian data hasil ekstrasi tersebut dibersihkan.



Flat File

Flat File merupakan kumpulan data yang diakses secara periodic. CSV (Comma Separated Value) pada Microsoft Excel sebagai contohnya dan merupakan sebuah flat file. Flat file tidak melakukan hubungan (relationship) dengan tabel lainnya yang mengandalkan perintah khusus untuk digunakan. Oleh karena itu penggunaan flat file banyak digunakan pada aplikasi yang membutuhkan database tunggal dan sederhana.



Meta Data

Metadata adalah informasi yang ditanam pada sebuah file yang isinya berupa penjelasan tetang file tersebut. misal pada perusahaan lampu Philips terdapat item barang jenis tertentu, untuk mengetahui jenis item lampu tertentu maka diperlukan gambar dari item lampu tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai spesifikasi item lampu tersebut, nah informasi inti kan adalah gambar tersebut. namun bagaimana dengan informasi yang menjelaskan gambar tersebut ( kapan produksi lampu ini dibuat, berapa modal yang dibutuhkan, bagaimana bentuk lampunya, serta informasi lainnya ). Informasi yang menjelaskan lampu inilah yang disebut metadata.



Summary Data

Summary Data merupakan sekumpulan ringkasan sejumlah data pada sebuah item barang, sehingga data-data yang terkait tentang jenis/item barang itu akan teringkas melalui spefikasi tulisan maupun gambar ataupun hal-hal yang berkaitan dengan jenis/item barang tersebut untuk kemudian diproses dan disimpan dalam data yang bernama Summary Data tersebut atau lebih disebut Data Operasioal dikumpulkan (diringkas) kemudian dimapping kedalam format untuk pengambilan keputusan.



Raw Data

RAW Data adalah “Data Murni” hasil tangkapan dari sensor digital yang sama sekali belum disentuh oleh kompresi ataupun interpolasi apapun. Jadi datanya pun “fresh from the oven”, belum ada data yang hilang karena kompresi, belum ada keputusan processing apapun yang diambil. Apa yang dilihat/ditangkap oleh sensor digital, itulah yang ada di data RAWnya.
Keunggulan format RAW adalah menyimpan segala sesuatu yang ditangkap oleh sensor digital. Tak ada data yang hilang. File RAW ini menyimpan kesempatan yang lebih luas untuk kustomisasi elemen - elemen visual pada hasil gambar. Kalau para “Turist” menganggap fotografi digital bukan fotografi sesungguhnya karena terlalu banyak mengandalkan automatisasi komputer digital, seharusnya mereka mencoba pipeline kerja dengan format RAW ini. Format RAW ini adalah film negatif-nya fotografi digital. Segala ciri khas sang fotografer dapat masuk kedalam karya fotografi saat memproses file RAW ini.

Kekurangan format RAW adalah ukuran filenya yang relatif besar yang kemudian menyebabkan lebih lambatnya data ditulis ke momory card setelah dipotret serta berkurangnya jumlah file yang dapat muat ke dalam sebuah memory card. Selain itu, tidak adanya standardisasi dan penyeragaman ekstensi file RAW menyebabkan file RAW tidak dapat langsung digunakan sebagai format yang dapat langsung digunakan sebagai format sharing gambar atau untuk printing. Sebaliknya diperlukan sebuah proses konversi terlebih dahulu ke dalam format yang lebih jamak dipakai seperti TIFF atau JPEG.

0 komentar: